andrias puguh(071644041)

BAB III
Arti Pendidikan :
Pendekatan Eksistensial

           Istilah pendidikan, dalam bahasa Inggris "education", berakar dari bahasa Latin "educare", yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth). Jika diperluas, arti etimologis itu mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Secara teoretis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia pada umumnya, pendidikan berlangsung sejak 25 (dua puluh lirna) tahun sebelum kelahiran. Pendapat itu dapat diartikan bahwa sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapa pun untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak keturunannya. Secara praktis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia individual, pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahkan sejak masih ada di dalam kandungan. Mempertimbangkan kedua pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa keberadaan pen¬didikan melekat erat pada dan di dalam diri manusia sepan-jang zaman.

A. Arti Luas Pendidikan
          Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung di segaia jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewa-sa, cerdas, dan matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa dalam hal perkem-bangan badan, cerdas dalam hal perkembangan jiwa, dan matang dalam hal berperilaku. Dalam langkah kegiatan pendi¬dikan selanjutnya, ketiga sasaran ini menjadi kerangka pembudayaan kehidupan manusia.
          Dalam arti luas, pendidikan dapat diidentifikasi karakteristiknya sebagai berikut:
• Pendidikan berlangsung sepanjang zaman (life long educa¬tion}. Artinya, dari generasi ke generasi, pendidikan berproses tanpa pernah berhenti.
• Pendidikan berlangsung di setiap bidang kehidupan ma¬nusia. Artinya, pendidikan berproses di samping pada bidang pendidikan sendiri, juga di bidang ekonomi, politik, hukum, kesehatan, keamanan, teknologi, perindustrian, dan sebagainya. Di setiap bidang kehidupan, pasti terkandung pendidikan, terlepas apakah persoalan itu sengaja diciptakan atau memang ada secara alami.
• Pendidikan berlangsung di segala tempat di mana pun, dan di segala waktu kapan pun. Artinya, pendidikan berproses di setiap kegiatan kehidupan manusia.
• Objek utama pendidikan adalah pembudayaan manusia dalam memanusiawikan diri dan kehidupnnnya.

B. Arti Sempit Pendidikan
        Dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem, pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan belajar seperti itu dilaksanakan di dalam Lembaga Pendidikan Sekolah. Tujuan utamanya adalah pengembangan potensi intelektual dalam bentuk penguasaan bidang ilmu khusus dan kecakapan merakir. sistem teknologi. Selanjutnya, dengan sumber daya yang ahli dalam bidang ilmu dan cakap dalam teknologi, diharapkan bisa menjawab berbagai tantangan hidup yang dipastikan bermunculan di kemudian hari di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
       Jadi, pendidikan dalam arti sempit berarti bukan memotong isi dan materi pendidikan, melainkan mengorganisasinya dalam bentuk sederhana tanpa mengurangi kualitas dan hakikat pendidikan.
      Adapun kegiatan utama pembelajaran menurut sistem pendidikan sekolah, pada hakikatnya bersifat pengasuhan dan pembimbingan peserta didik, dengan dua sasaran khusus yaitu:
• menumbuhkan 'kesadaran' peserta didik terhadap per-soalan kehidupan yang ada dan yang bakal ada
• membentuk 'kemampuan' berupa kecakapan dan kete-rampilan untuk dapat mengatasi setiap persoalan yang ada dan kemampuan menyikapi secara tepat persoalan yang bakal terjadi di masa depan.
      Mengenai arti pendidikan secara sempit, ciri-ciri khasnya antara lain dapat diidentifikasi sebagai berikut:
• Pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa, menurut jenjang prasekohh dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjut-an atas, dan perguruan tinggi.
• Pendidikan berlangsung dalam ruang terbatas, yaitu di Icmbaga pcrsckolahnn, mcnurut jenjang-jenjang seperti tersebut di atas.
• Oleh karena itu, pendidikan berlangsung dalam suatu lirgkungan khusus yang sengaja diciptakan menurut sistem administrasi dan manajeman tcrtentu, dalam,bcn-tuk kelas, dalam rangka efektivitas dan efisiensi kelang-sungan proses pembelajaran.
• Isi pendidikan disusun secara sistemik dan terprogram dalam bentuk kurikulum. Kurikulum dipertanggungjawabkan oleh guru sekolah, difasilitasi oleh suatu sistem koordinasi kepemimpinan sekolah, dalam bentuk PBM yang terjadwal menurut ruang (kelas) dan waktu (semes¬ter) tertentu.
• Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar (sekolah), terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu, khususnya untuk membangun kecakapan hidup (competence of life) dan membentuk keterampilan hidup (life skill education).



C. Arti Alternatif Pendidikan
         Dari pendekatan dikotomis arti luas dan sempit terse¬but, muncul pemikiran alternatif. Secara alternatif, pelaku pen¬didikan adalah keluarga, masyarakat, dan sekolah (di bawah otoritas pcmerintah) dalam suatu sistem integral yang disebut 'tripartit' pendidikan. Fungsi dan peranan tripartit pendi¬dikan adalah menjembatani pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat luas. Tujuannya, agar aspirasi pendidikan yang tumbuh dari setiap keluarga dapat dikembangkan di dalam kegiatan pendidikan sekolah, untuk kemudian dapat diimplementasikan di dalam kehidupan ma¬syarakat luas.
Pendidikan diposisikan dan diperankan secara sentral di dalam kehidupan bermasyarakat dengan suatu sistem 'linier', dan berproses secara berkesinambungan. Pendidikan berlang¬sung sepanjang zaman dan mutlak dilakukan oleh setiap individu. Proses itu diawali dari pertumbuhan potensi moral dan kultural di dalam keluarga, diproses secara keilmuan di seko¬lah, untuk kemudian dikembangkan dan ditanarnkan dalam kelangsungan kehidupan masyarakat luas. Penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk menumbuh-kembangkan segala potensi individual manusia agar kehidupan btrlangsung dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai kcmanusiaan. Jadi, dengan pemberdayaan tripartit pendidikan, setiap individu di kemudian hari mampu memerankan tanggung jawab kehi-dupannya secara benar, kreatif, dan berkeadilan, sehingga ke¬hidupan masyarakat menjadi semakin tumbuh dan berkem¬bang menurut prinsip-prinsip nilai kultural manusiawi.
        Secara teperinci dan sistematik, dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Pertama, tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah rncncerdaskan potensi-potensi spiritual, intelektual, dan emosional setiap individu yang pada gilirannya berpengaruh terhadap masyarakat luas.
• Kedua, masa pendidikan berlangsung sepanjang zaman, menurut jenjang-jenjang tertentu secara linier-kausalistis.
• Ketiga, pendidikan berlangsung bukan di sembarang lingkungan, melainkan hanya di lingkungan sosial budaya.
• Keempat, kegiatan pendidikan di lingkungan mana pun selalu menjadi kegiatan 'pembelajaran', bukan kegiatan 'pengajaran'.
D. Paradigma Filsafat Pendidikan
            Filsafat adalah induk semua bidang studi dan disiplin ilmu pengetahuan, dengan sudut pandang yang bersifat komprehensif berupa 'hakikat'. Artinya, filsafat memandang setiap objek dari segi hakikatnya. Sedangkan pendidikan adalah suatu bidang studi sekaligus disiplin ilmu pengetahuan yang persoalan khasnya adalah 'menumbuhkembangkan potensi ma¬nusia menjadi semakin dewasa dan matang (maturity human patents)'. Jadi, filsafat pendidikan mempunyai persoalan sentral berupa hakikat pematangan potensi manusia.
Tradisi filsafat adalah selalu berpikir dialektis dari tingkat metafisis, teoretis, sampai pada tingkat praktis. Tingkat metafisis disebut aspek ontologi, tingkat teoretis disebut epistemologi, dan tingkat praktis disebut aspek etika.
         Ketiga taraf sistem kegiatan pendidikan tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya secara kausalistik. Aspek ontologi mendasari aspek epistemologi dan aspek epistemologi memberikan jalan atau metode kepada aspek etika, sedangkan aspek etika merupakan hasilnya. Dengan kematangan emosional, berarti moral kearifan (wisdom) menjadi tumbuh dan berkembang. Adapun bentuk moral kearifan adalah berupa perilaku yang berkeadilan baik terhadap diri sendiri, sesamanya, alamnya, maupun terhadap Causa Primanya.
          Selanjutnya dapat diasumsikan bahwa jika paradigma filosofi pendidikan tersebut dipergunakan sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan baik di dalam keluarga, sekolah, maupun dalam kehidupan masyarakat, dapat diharapkan kehidupan masyarakat bisa diliputi dengan nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan. Dengan demikian, perkembangan kehidupan masyarakat secara kultural manusiawi diharapkan bisa terwujud.
          Jadi, Pendidikan adalah suatu proses yang tidak hanya terbatas pada pembelajaran untuk sekadar mengetahui suatu objek (to know something what), tetapi berlanjut pada keahlian dan keterampiian dalam berkreasi dan berproduksi (to be able to create or produce something). Selanjutnya, seluruh kreativitas dievaluasi untuk dijadikan pelajaran baru, dalam rangka mewujudkan kreativiras baru yang lebih berguna bagi kelangsungan dan perkembangan kehidupan. Sedernikian rupa sehingga ide tentang pendidikan menjadi suatu lingkaran spiral tanpa putus.

Readmore.